Selasa, 17 April 2012

Kaya dan Cukup

Apapun keadaan kita maka kita harus merasa KAYA dan CUKUP.

Pernyataan ini baik sekali untuk ditempatkan pada konteks
"bahagia menikmati hidup". Dan tentu tidak harus kaya material dulu.

Nah sekarang pertanyaannya bagaiman kita bisa " bahagia menikmati hidup "
dan sekaligus " kaya material " ?.

Untuk masalah "bahagia menikmati hidup", temen saya pernah ngasih tahu
caranya dengan menghindari lima hal yang sering menyebabkan kita tak
bahagia menikmati hidup :

Pertama,
Adanya keyakinan bahwa Anda tidak akan bahagia tanpa memiliki hal-hal yang
Anda pandang bernilai. Anda sudah memiliki pekerjaan tetap dan tingkat kehidupan yang lumayan, tapi Anda masih merasa kurang.
Anda merasa akan berbahagia bila memiliki uang lebih banyak, rumah lebih
besar, mobil lebih bagus, dan sebagainya.
Pikiran Anda dipenuhi oleh benda-benda yang Anda kira dapat membahagiakan
Anda. Padahal, Anda tidak bahagia karena lebih memusatkan perhatian pada
segala sesuatu yang tidak Anda miliki, dan bukannya pada apa yang Anda
miliki sekarang.

Kedua,
Anda percaya bahwa kebahagiaan akan datang bila Anda berhasil mengubah
situasi dan orang-orang di sekitar Anda. Anda tak bahagia karena pasangan,
anak, tetangga, dan atasan Anda tidak memperlakukan Anda dengan baik.
Kepercayaan ini salah. Anda perlu menyadari bahwa amat sulit mengubah orang
lain. Bukannya berarti Anda harus menyerah, silakan terus berusaha mengubah
orang lain. Namun, jangan tempatkan kebahagiaan Anda di sana. Jangan
biarkan lingkungan dan orang-orang di sekitar Anda membuat Anda tak bahagia. Kalau Anda tak dapat mengubah mereka, yang perlu Anda ubah adalah diri Anda
sendiri, paradigma Anda.

Ketiga,
Keyakinan bahwa Anda akan bahagia kalau semua keinginan Anda terpenuhi.
Padahal, keinginan itulah yang membuat kita tegang, frustrasi, cemas,
gelisah dan takut. Terpenuhinya keinginan Anda paling-paling hanya membawa
kesenangan dan kegembiraan sesaat. Itu tak sama dengan kebahagiaan.

Keempat,
Anda tak bahagia karena cenderung membanding-bandingkan diri Anda dengan
orang lain. Saya pernah bertemu eksekutif yang berkali-kali pindah kerja
hanya karena kawan akrabnya semasa kuliah dulu memperoleh penghasilan lebih
besar dari dirinya. Karena itu, setiap ada tawaran kerja, yang dilihat
adalah apakah ia dapat mengungguli atau paling tidak menyamai penghasilan
kawannya. Ia bahkan tak peduli bila harus berganti karier dan pindah ke
bidang lain. Sampai suatu saat ia menyadari bahwa tak ada gunanya
"mengejar" sahabat karibnya. Sejak itulah ia mencari pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan minatnya sendiri. Ia kini bahagia dengan pekerjaannya dan tak pernah ingin tahu lagi penghasilan sahabatnya.

Kelima,
Anda percaya bahwa kebahagiaan ada di masa depan. Anda terlalu terobsesi
pepatah "bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian". Kapan Anda
bahagia? "Nanti, kalau sudah jadi manajer," kata Anda. Persoalannya, saat
menjadi manajer, Anda tambah sibuk, waktu Anda tambah sempit. "Saya akan
bahagia nanti, kalau sudah menjadi direktur atau dirjen, gubernur, menteri,
presiden." Nah, daftar tunggu ini masih dapat terus diperpanjang. Namun,
Anda tak juga bahagia. Kalau demikian yang terjadi adalah, "bersakit-sakit
dahulu, bersenang-senang entah kapan." Kebahagiaan telah Anda letakkan di
tempat yang jauh. Padahal, sebenarnya kebahagiaan berada sangat dekat dan
dapat Anda nikmati di sini, sekarang juga!
 From: abu aina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar